"Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya," oleh Ki Hadjar Dewantara.
Pendidikan itu gak cuman mandek di bangku SMA. Pun, gak mandek sampai lulus menempuh pendidikan formal. Bila perlu, perguruan tinggi bisa menjadi goal untuk melanjutkan pendidikan ke level yang lebih mumpuni, walaupun jumlah sarjana di Indonesia sudah menumpuk. Kira-kira, apa sih urgensi yang membikin pendidikan lanjutan itu perlu?
Banyak stigma bahwa pendidikan lanjutan di Indonesia masih menjadi prioritas sekunder. Sebagian masyarakat kita beranggapan bahwa pendidikan lanjutan belum diperlukan. Hal tersebut timbul karena paradoks-salah satunya bahwa pendidikan tidak dapat menyelesaikan masalah ekonomi mereka.
Kasus ini berkaca dari realitas yang terjadi pada salah satu Kecamatan di Kabupaten Bogor-Rumpin. Berdasarkan data yang ada, indeks pendidikan di Kecamatan Rumpin masih tergolong rendah. Diketahui, indeks tersebut menunjukkan persentase 7,2% pada tahun 2024. Angka tersebut naik sebesar 0,4% dari tahun sebelumnya. Namun, apakah itu cukup signifikan sebagai perbandingan jumlah penduduk kecamatan Rumpin yang banyak?
Jumlah penduduk di Kecamatan Rumpin, Bogor, pada tahun 2020-2024 adalah sekitar 76.749 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa kecamatan ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, yaitu sekitar 1.085 jiwa per km².
Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri, terutama pada Gen Z yang paling berpengaruh pada permasalahan abad ini. Mereka perlu memantapkan tekad untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi guna memastikan masa depan mereka sendiri. Pendidikan lanjutan itu mereka perlukan untuk investasi masa depan!
True, investasi! Sejatinya, investasi bukan selalu tentang uang dan kekayaan material. Namun, investasi bisa dimulai dari membentuk pikiran dan mindset. Nah, perguruan tinggi merupakan salah satu bentuk investasi seseorang dalam membangun pengetahuan, keterampilan serta relasi. Hal tersebut bisa diutilisasi secara bertahap, tentunya dengan konsisten dan maintenance yang baik.
Perlu diingat, bahwa investasi bukanlah cara cepat seseorang untuk berjaya. Namun, investasi adalah cara pasti seseorang berjaya.
Kendati begitu, timbul pokok permasalahan baru terkait esensi pendidikan lanjutan tersebut. Esensi pendidikan yang Gen Z bangun ialah: percaya bahwa kehidupan sesungguhnya menanti setelah menempuh pendidikan lanjutan. Gen Z percaya bahwa esensi mereka untuk masuk perguruan tinggi adalah meningkatkan peluang mereka masuk ke dunia pekerjaan yang kompetitif.
Saat Gen Z hendak meningkatkan peluang mereka masuk ke dunia pekerjaan, ketimpangan lapangan pekerjaan dengan jumlah lulusan perguruan tinggi semakin bejibun. Pada tahun 2022, lapangan pekerjaan yang tersedia dari tahun ke tahun hanya 300-400 ribu, sedangkan jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia sekitar 1,2 juta.
Hal tersebut menunjukkan bahwa abad ini memproduksi sarjana tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Lantas, bagaimana Gen Z dapat termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tanpa perlu khawatir akan persaingan di dunia pekerjaan?
"Dengan ilmu kita menuju kemuliaan." - Ki Hajar Dewantara
Pendidikan bukan melulu soal menjamin pekerjaan. Pendidikan lanjutan diperlukan guna membangun moral pribadi yang lebih kuat dalam menyikapi pengetahuan dan keterampilan diri. Jika kesadaran itu dibentuk, maka akan semakin banyak kepedulian seseorang terkait isu-isu penting terkait kemaslahatan negara.
Jika masyarakatnya sudah melek terhadap pendidikan itu sendiri, maka semakin melek juga masyarakat untuk berjuang membangun taraf hidup yang lebih baik.